‎Infaq berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan sesuatu.Sedangkan menurut terminologi syari’at, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur`an yang menyatakan keistimewaan berinfaq yang berkaitan dengan imbalan yang akan diberikan Allah SWT, misalnya ayat yang sangat populer:‎“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah/2: 261).Begitu juga dengan penggalan ayat: “.. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. al-Hadid/57: 7)Dalam Kultum kali ini, saya ingin sedikit membahas ayat ke-92 dalam surat Ali ‘Imran, Allah SWT berfirman:
.
لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
.
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfaqkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu infaqkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
.
Ayat ini cukup populer sehingga banyak yang telah menghafalnya.Kata ( نال ) “Naala” di dalam bahasa Arab sering digunakan bila seseorang dalam perjalanan dan ia tidak sabar untuk segera sampai ke tempat tujuan. Itulah arti kata “Nail” (bentuk masdar dari “Naala”), yaitu sesuatu yang akhirnya dapat diperoleh.Orang-orang Arab tempo dulu sering sekali melakukan perjalanan/bepergian melewati gurun pasir, dan mereka amat sangat ingin cepat sampai ke tujuan.Kenapa?.Karena kalau tidak dapat sampai ke tempat tujuan dengan cepat bisa membahayakan. Tidak ada yang dapat membantunya bertahan hidup di tengah gurun pasir disebabkan karena perbekalan dan air yang terbatas.Atau seperti seorang pelaut ketika berlayar di tengah lautan, lalu tersesat atau tidak dapat menemukan daratan yang dituju, tentu pasokan bekal yang dimiliki, terutama air yang dapat diminum jumlahnya terbatas. Maka mereka harus segera sampai dalam waktu tertentu, agar dapat bertahan.Dan yang sangat luar biasa, di dalam ayat ini Allah lebih memilih menggunakan kata “Al-Birr” dibandingkan kata “Al-Khair”, atau kata lainnya untuk arti “kebaikan”.‎Kata yang terdekat dengan kata “Al-Birr” ( البِرّ ) dalam bahasa Arab adalah kata “Al-Barr” ( البَرّ), sama tulisannya, hanya beda harokatnya saja. Jadi ketika kita mendengar kata “Al-Birr” kita langsung ingat kata “Al-Barr”. “Al-Birr” artinya “kebaikan”, dan “Al-Barr” artinya‎ “daratan”.Gagasan penggunaan kata yang memiliki kemiripan bentuk dalam permainan kata ini, memberi kesan bahwa Allah ingin kita membayangkan:Bayangkan kita sedang melakukan perjalanan di atas lautan, kita bawa semua harta milik kita, emas, perak, berlian, uang, semua kita bawa ke dalam perahu.Tiba-tiba ada badai dan ombak yang menghantam perahu kita. Tidak ada cara lain agar kita bisa merasa aman dan selamat mencapai daratan, kecuali kita harus mengurangi beban perahu kita.Apa yang harus kita lakukan agar perahu tersebut tidak tenggelam dan bisa selamat mencapai daratan? Tentu kita harus mengurangi kelebihan bebannya. Kita mungkin harus membuang harta yang kita cintai dari perahu itu. ‎Kita harus rela membuang emas kita, perak kita, berlian kita, uang kita ke dalam lautan, agar kita selamat mencapai daratan.Itulah maksud ayat : “kamu harus menginfaqkan sebagian harta yang kamu cintai‎.”‎Dalam keadaan yang tidak enak di dalam hidup, itu ibarat kita sedang berada di atas lautan. Kita bagaikan hidup dalam pergolakan. Kita tidak akan mencapai daratan yang aman itu.‎Maka, kita harus menginfaqkan barang-barang mewah yang kita miliki, barang-barang yang kita sukai. Bukan barang sisa, bukan baju bekas, bukan barang yang bila orang lain memberi sesuatu kepada kita, kita pun enggan menerimanya. Bukan barang yang seperti itu, tapi barang yang benar-benar kita inginkan juga.Ketika kita berbelanja membeli kemeja, baju, celana, kain, atau apapun, belilah barang-barang seperti itu untuk disedekahkan. Itulah makna “Al-Birr” yang sesungguhnya, agar kita mendapatkan kebaikan yang sempurna.Lanjutan ayat berikutnya: “Dan apa saja yang kamu infaqkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”Apapun yang kita sedekahkan, Allah SWT sangat mengetahuinya. Kita tidak perlu mengumumkannya. Jadikan hal tersebut sebagai rahasia antara kita dan Allah. Apalagi harus dipublish di media sosial, yang akhirnya memunculkan penyakit Riya`.Semoga di bulan Ramadhan ini, Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang yang memperoleh kebaikan dan keselamatan, yaitu yang berani berinfaq dengan harta terbaik yang kita cintai.
.
وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ
.
“.. Dan orang yang merasa disempitkan rezekinya, hendaklah ia berinfaq dari harta yang diberikan Allah kepadanya..” (QS. at-Thalaq/65: 7)

Dikutip langsung dari akun FB Ustadz Azharul Fuad Mahfudh

Leave a Comment