Islam yang universal (umum), watak universalitas islam sebagaimana diungkap sendiri oleh Al-Qur’an (QS. 5:3) yang kemudian watak universalitas tersebut-terbukti dalam sejarah islam yang dinamis. Dan bahkan pernah menjadi kekuatan yang hegemonik. Pernyataan (H.A.R) Gibb yang sangat terkenal: “Islam is indeed much more than a system of theology, it is complete civilization.”
Menurutnya Islam tidak hanya sebagai agama. Islam juga merupakan sistem karonik yang memuat hubungan dengan Tuhan sekaligus memuat tatanan sosial, politik dan ekonomi. Alhasil Gibb ingin menggambarkan Islam sejak lahir sebagai kekuatan peradaban manusia. Sebagai kekuatan peradaban tentu saja tidak bisa dianggap diberikan begitu saja (taken for granted) tetapi harus ada upaya sistematis yang dilakukan oleh umat Islam, terutama kalangan terdidiknya.
Dengan jumlah pemeluk Islam terbesar, Indonesia belum dilihat sebagai islam yang unggul dan memiliki banyak titik lemah, Salah satunya adalah tradisi intelektualnya yang mengakomodir takhayul (imaginatif) dan hal-hal irasional. Oleh karena itu diperlukan pembaruan-pembaruan orientasi keagamaan Islam di indonesia. Pertama, kekuatan ide. Kemenangan Islam adalah kemenangan sebuah ide (cita-cita). Karena itu pemahaman kita kepada Islam adalah pemahaman yang terbuka, karena keterbukaannya itu, dia bersikap inklusif dan mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sebagaimana Ibnu taimiyah berkata, “Tuhan menegakkan negara yang adil meskipun kafir, dan tidak menegakkan negara yang zalim meskipun Islam
Kedua, Pengakuan akan kebebasan nurani(freedom of conscience) persamaan hak dan kewajiban bagi semua ( egalitarianisme) sebagaimana Ibnu taimiyah berkata, “Tuhan menegakkan negara yang adil meskipun kafir, dan tidak menegakkan negara yang zalim meskipun Islam. Dunia akan bertahan dengan keadilan meskipun kafir, dan akan hancur dengan kezaliman sekalipun islam.
Umat islam sekarang menderita apa yang disebut anti- Barat. Oleh karena pengalaman sejarahnya yaitu kolonialisme-imperialisme. Tapi seharusnya kita tetap berlaku adil dan objektif al-Qur’an sendiri mengatakan. Janganlah kebencian suatu kaum, membuat kamu tidak berlaku adil, begitu juga terhadap barat. Problem masyarakat maju, salah satunya yaitu krisis. Adanya krisis menimpa mereka yang tidak dapat mengikuti dan tidak bisa menyesuaikan diri pada perubahan jaman. Ini menimbulkan gejala sosial yang negatif seperti dislokasi, deprivasi, disorientasi dan perasaan “lepas akar” dalam budaya.
Dan jika problem ini tidak segera diatasi akan menciptakan lahan subur bagi radikalisme, fanatisme, sektarianisme, fundamentalisme, eksklusifisme dan lain-lain yang serba negatif. Ketiga, penegakan HAM. Ketika Nabi melaksanakan haji wada’ beliau berpidato di arafah. Nabi SAW menegaskan: ” Sesungguhnya darahmu, hartamu, dan kehormatanmu itu haram_ artinya suci tidakboleh diganggu gugat_ sebagaimana haramnya harimu ini, bulanmu ini, dan tempatmu ini” penegasan ini tentunya bersesuaian dengan piagam madinah dan lima hak azasi dalam fiqh islam.
Oleh karena itu umat islam sekarang harus melakukan dua hal: pertama, menangkap apaitu “al-khayr” kebaikan universal mengangkatnya pada level high generalization. Kemudian menurunkan dalam al-ma’ruf. Karena itu harus bisa menempatkan konteks zamanya. Keempat: Terbuka, keterbukaan, syarat menempuh jalan tengan yang adil. Musyawarah itu sendiri mengindikasikan keterbukaan. Yaitu mau mendengar pendapat dan fikiran orang lain.
Agama kita mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik karena diciptakan dalam fitrah dan mempunyai watak yang disebut “hanif”
sehingga setiap orang mempunyai potensi baik dan benar. Maka setiap orang harus diberi hak untuk menyatakan pikirannya. Kelima: kreatif, umat yang banyak tidak selalu menentukan, yang lebih menentukan adalah adanya kreatifitas terutama kreatifitas intelektual. Orang berpendidikan bergerak lebih mobil secara vertikal dan horizontal. Kesempatan untuk pendapatkan promosi sosial-ekonomi lebih besar. Yang terakhir adalah “keselamatan” (salamah, salvation) yang berasal kata sama dengan “islam ” (sikap pasrah kepada Tuhan) dengan tiga prinsip saja: percaya kepada Allah, Hari akhir dan berbuat baik dalam hidup.
Salam Tabik…
Dikutip langsung dari fb Ustadz M Rizal Aris , Citayam-Bogor, Ramadhan 1438H.